Jumat, 23 Desember 2011

Paradigma Revolusi Genetika dalam Analisis Bioetika, Sebuah Kajian Historis Filsafat Ilmu

Oleh : Estiana Purba, Ika Aprilia, Itsna Fitriana, Pina Rosica
           Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Prodi Biologi


Pendahuluan
Sejarah para tokoh dan ilmuwan besar dunia memberikan kita keteladanan tentang budaya kerja keras dan semangat pantang menyerah. Apa yang mereka peroleh tidak didapatkan dengan mudah. Kisah-kisah mereka sangat inspiratif dan akan menambah pengetahuan kita tentang perkembangan ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan mereka membawa dampak besar tidak hanya pada masa mereka, tetapi juga dalam rangka membuka peluang bagi penemuan-penemuan berikutnya.
Genetika merupakan salah satu cabang Biologi yang saat ini sedang berkembang pesat dan berevolusi sesuai dengan keingintahuan manusia yang ditunjang oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Filsafat sains dan ilmuwan dalam revolusi genetika adalah hal yang saling berhubungan. Terdapat beberapa pertanyaan yang menggelitik, pertama benarkah semakin cerdas ilmuwan, maka makin pandai mereka menemukan kebenaran, makin benar maka makin baik pula perbuatan mereka? Apakah ilmuan dengan penalaran tinggi lalu makin berbudi atau sebaliknya makin cerdas maka makin pandai pula mereka berdusta? Apakah ilmuwan memahami tujuan dari ilmu pengetahuan yang mereka kembangkan? Melalui makalah ini akan diuraikan mengenai filsafat sains dan ilmuwan dalam revolusi genetika untuk mengingatkan tentang moral dan tanggung jawabnya sebagai ilmuwan.
B. Pembahasan
1. Hubungan antara Filsafat Ilmu dan Ilmuwan
Filsafat sendiri dimulai oleh Thales (+_640-546 s.M), seorang pemikir terkemuka Yunani Kuno. Secara epistemilogi filsafat berasal dari kata philosophia dan philoshophos.Philos berarti cinta dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah. Dalam pengertian ini seseorang dapat disebut telah berfilsafat apabila seluruh ucapannya dan perilakunya mengandung makna dan ciri sebagai orang yang cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan dan terhadap hikmah. “Filsafat adalah induk semua ilmu” demikianlah kata para filosof. Pada awalnya, filsafat muncul dari pemikiran dan rasa keingintahuan manusia yang besar sehingga timbul berbagai pertanyaan.
Cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan ilmu; ilmu bersifat posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan filsafat bersifat priori kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian, sebab filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena filsafat bersifat spekulatif.
Ilmu memiliki tugas melukiskan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta, sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu dari mana awalnya dan akan ke mana akhirnya.Ilmu hanya terbatas pada persoalan empiris saja . Sedangkan filsafat mencakup objek empiris meupun non-empiris. Di samping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran. Namun pada perkembangannya, filsafat berkembang menjadi bagian dari ilmu itu sendiri (terspesialisasi), seperti filsafat agama, filsafat hukum dan filsafat ilmu.
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang merefleksi mengenai hakikat ilmu pengetahuan. Tujuannya mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana pengetahuan ilmiah itu diperoleh. Ilmuwan sains secara tidak disadari telah berfilsafat. Karena mereka telah menjawab beberapa persoalan yang merupakan ciri dari filsafat ilmu, yaitu pertanyaan landasan ontologis seperti menelaah tentang objek yang di teliti?masuk keilmukah atau tidak?, pertanyaan landasan epistemologis mencakup cara atau prosedur,alat-alatnya serta metode untuk mendapatakan pengetahuan yang benar,  pertanyaan landasan aksiologis seperti untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu digunakan. Namun apakah semua itu dibarengi dengan moral dan tanggung jawabnya sebagai seorang ilmuwan?.
Moral merupakan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih-lebih lagi untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral. Moral berkaitan dengan metafisika keilmuan maka masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah. (Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, 1990, hal. 234 - 235).
Pada kenyataan sekarang tidak dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat tergantung kepada ilmu dan teknologi. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan maka pemenuhan kebutuhan hidup manusia dapat dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah. Dengan diciptakannya peralatan teknologi dibidang kesehatan, transportasi, pendidikan dan komunikasi, maka mempermudah manusia dalam menyelesaikan pekerjaan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Namun dalam kenyataan apakah ilmu selalu merupakan berkah, terbebas dari hal-hal negatif yang membawa malapetaka dan kesengsaraan?
Dalam fase pertumbuhannya ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan perang. Ilmu bukan saja digunakan untuk mengusai alam melainkan juga untuk memerangi sesama manusia dan mengusai mereka. Teknologi tidak lagi berfungsi sebagai sarana yang memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia melainkan dia berada untuk tujuan eksistensinya sendiri.
Dalam perkembangan selanjutnya ilmu dan teknologi tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan yaitu dalam rangka menyejahterakan kehidupan manusia. Masalah teknologi telah mengakibatkan proses dehumanisasi. Dari perkembangan ilmu dan teknologi dihadapkan dengan moral, para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan pendapat. Golongan pertama ingin melanjutkan tradisi kenetralan ilmu secara total seperti pada era Galileo sedangkan golongan kedua mencoba menyesuaikan kenetralan ilmu secara pragmatis berdasarkan perkembangan ilmu dan masyarakat. Golongan kedua mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal yakni: (1) Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang dibuktikan dengan adanya dua perang dunia yang mempergunakan teknologi-teknologi keilmuan; (2) Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makin esoterik sehingga kaum ilmuwan lebih mengatahui tentang ekses-ekses yang mungkin terjadi bila terjadi penyalagunaan; dan (3) Ilmu telah berkembang sedemikian rupa di mana terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi genetika dan teknik perubahan sosial (sosial engineering). Berdasarkan ketiga hal ini maka golongan kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan.
Peranan individu dalam kemajuan ilmu dimana penemuan-penemuan yang dihasilkan telah mengubah wajah peradaban. Kreativitas individu yang didukung oleh sistem komunikasi sosial yang bersifat terbuka menjadi proses pengembangan ilmu yang berjalan sangat efektif.
Jelaslah kiranya seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial yang terpikul dibahunya karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak hanya pada penelahaan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain.Seorang ilmuwan tidak boleh menyembunyikan hasil penemuan-penemuan apapun juga bentuknya dari masyarakat luas serta apa pun juga yang akan menjadi konsekuensinya. (Bernard Baber, dalam Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, 1990, hal. 249). Seorang ilmuwan tidak boleh memutarbalikan penemuannya bila hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang disusun di atas kerangka pemikiran yang terpengaruh preferensi moral hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian.
Perguruan tinggi sebagai pencetak ilmuwan pada masa kini, memegang peranan penting dalam mewujudkan tanggung jawab seorang ilmuwan.Dari beberapa referensi dapat dipelajari kiranya terdapat dua tanggung jawab sosial seorang ilmuwan, yaitu : (1) pembinaan daya intelektual dan (2) pembinaan daya moral. Disinilah filsafat sains berperan untuk mencetak ilmuwan yang mempunyai moral dan tanggungjawab.
2. Revolusi Genetika
Revolusi genetika terjadi seiring berkembangnya sains. Menurut Kuslan Stone, Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint" (Agus. S. 2003: 11). Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Yang disebut dengan metode ilmiah,metode yang digunakan untuk mempelajari sains. Selain metode ilmiah cara lain untuk mempelajai sains dapat dari mitos,common sense & trial-and-error,rasionalisme,danempiris.Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
Revolusi genetika adalah perkembangan sains dibidang biologi. Sedangkan biologi merupakan ilmu tentang kehidupan yang mengejawantahan paradigma ilmiah dari kecenderungan manusia yang merasa mempunyai hubungan dan tertarik pada semua bentuk kehidupan. Biologi adalah ilmu yang diperuntukan bagi orang-orang yang selalu bertualang. Biologi saat ini berada pada masa-masa jayanya. Dengan pendekatan yang aktual dan metode atau teknik penelitian yang baru, para ahli biologi sedang mengungkap sejumlah misteri kehidupan yang paling menantang. Walaupun bersifat merangsang, ledakan informasi dalam bidang biologi ini juga sekaligus mengintimidasi. Dalam hal-hal tertentu, Biologi adalah ilmu yang paling sulit dari semua bidang sains, sebagian karena sistem makhluk hidup sangatlah kompleks dan sebagian karena Biologi adalah ilmu multidisipliner yang membutuhkan pengetahuan kimia, fisika dan matematika. Biologi modern adalah gabungan dari banyak ilmu alam. Genetika sebagai cabang dari biologi modern juga ditunjang oleh perkembangan dalam disiplin ilmu yang lain. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan dalam bidang kimia dan fisika membawa manfaat yang banyak untuk biologi. Namun disamping menfaat positif muncul pula penyalahgunaan kemajuan ilmu kimia dan fisika sehingga menimbulkan malapetaka. Contohnya Perang Dunia I yang menghadirkan bom biologis.
Genetika adalah cabang Ilmu biologi tentang pewarisan (penurunan karakteristik dari orang tua atau induk kepada keturunannya) dan variasi (berbagai perbedaan yang tampak diantara semua makhluk hidup). Genetika awal mulanya dikenalkan oleh seorang biarawan ordo Agutinian, Gregor Mendel, ketika sedang merawat sekelompok tanaman kacang ercis di kebun biara di Brunn, Austria. Diantara baris tanaman yang tertata rapi, terdapat varietas-varietas yang terlihat jelas perbedaannya. Tanaman yang tinggi terdapat di samping tanaman yang pendek, tanaman yang berbunga merah jambu terlihat kontras diantara tanaman yang berbunga putih. Ada beberapa perbedaan lain saat polong dibuka, sebagian tanaman berbiji kuning sedangkan yang lain berbiji hijau salinan yang seperti kacang ercis pada umumnya. Namun, siapa yang menyangka bahwa dari penemuan sederhana ini kini kita dapat mengkloning gen.
Sebuah klon (clone) adalah suatu salinan yang identik. Dalam bidang Biologi molekuler, istilah klon biasanya merujuk pada salinan sebuah gen, namun istilah tersebut juga dapat dipakai untuk merujuk pada salinan keseluruhan resep genetik atau satu organisme utuh. Pengkloningan pertama dilakukan pada katak (1960) kemudian pada tikus (1981) namun, percobaan yang dilakukan menimbulkan keraguan. Pada tahun 1986 domba dan sapi berhasil di kloning dari sel-sel embrio. Pada saat itu tidak ada lagi keraguan sedikitpun. Pengkloningan dolly dilakukan oleh satu tim ilmuwan dari Roslin Institut di Edinburgh. Pengkloningan ini dilakukan dengan metode ilmiah untuk membuktikan kebenarannnya. Berikut tahapan metode ilmiah mengenai pengkloningan domba dolly:
a) Rumusan Masalah: Apakah makhluk hidup khususnya domba dapat dilahirkan tanpa proses seksual dari satu induk dan akankah memiliki sifat yang sama persis dengan induknya?
b) Informasi / Data : Setiap hewan berasal dari hasil fusi sel sperma dan sel telur. Namun ada hewan yang berasal dari sel embrio. Embrio muda hewan tersusun atas segumpal sel yang belum terdiferensiasi. Apabila kita mengambil dan mengisolasi salahsatu sel, sel tersebut memiliki potensi untuk berkembang menjadi embrio baru. Sel tersebut lalu akan tumbuh dan membelah untuk membentuk klon identik darfi embrio asalnya. Sehingga mengklon hewan dari sel embrio cukup sederhana. Tiap sel belum terdiferensiasi dan memiliki kemampuan menjadi organisme baru. Namun seiring pertumbuhan embrio, pada suatu saat mengikuti jalur perkembangan tertentu - untuk menjadi sel otot,sel kulit, dan lain sebagainya. Maka jika hewan bisa berasal dari sel embrio hewan juga bisa berasal dari sel dewasa.
Proses mengumpulkan data ini bersifat penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah suatu cara penarikan simpulan pada suatu proses berpikir yang sebaliknya dari induktif. Dalam proses berpikir ini dari pernyataan yang bersifat umum ditarik simpulan yang bersifat khusus. Penarikan simpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir silogismus.
c) Hipotesis : Domba betina dapat melahirkan keturunanya tanpa melalui proses seksual melainkan dengan cara pengkloningan dan hasil dari keturunanya akan memiliki sifat yang sama persis dengan induknya. (bersifat deduktif)
d) Eksperimen/Menguji eksperimen : Mengambil sel kelenjar susu domba finndorset sebagai donor inti sel dan sel telur domba blackface sebagi resepien. Kemudian sel telur domba blackface dihilangkan intinya dengan cara mengisap nukleusnya keluar dari selnya menggunakan pipet mikro. Setelah itu, sel kelenjar susu domba finndorset difusikan (digabungkan) dengan sel telur domba blackface yang tanpa nukleus. Dalam proses penggabungan ini dibantu oleh kejutan/sengatan listrik, sehingga terbentuk fusiantara sel telur domba blackface tanpa nucleus dengan se lkelenjar susu dompa finndorsat. Hasil fusi ini kemudianberkembang menjadi embrio dalam tabung percobaan dan kemudian dipindahkan ke rahim domba blackface, sampa iakhirnya embrio berkembang dan lahir dengan ciri-ciri sama dengan domba finndorset.
Eksperimen dilakukan dengan cara penalaran induktif. Penalaran induktif adalah suatu cara penarikan simpulan pada suatu proses berpikir dengan menyimpulkan sesuatu yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Suatu penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas sebagai argumentasi dan kemudian diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
e) Kesimpulan: Dengan menggunakan teknik kloning yang merupakan aplikasi dari pembelajaran rekayasa genetika maka dapat dihasilkan domba yang dikenal sebagai domba dolly. Domba hasil kloning ini merupakan domba hasil perkembagbiakan secara vegetative (aseksual) karena sel telur tidak dibuahi oleh sperma dan bersal dari sel domba dewasa.
Kesimpulan diatas diperoleh dari dasar pemikiran yang logis. Logis berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Secara keseluruhan logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuahargumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logikamenjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan buktiatau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles danlogika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal. deduktif dan induktif merupakan dasar dalam logika yang digunakan untuk membangun atau mengevaluasi argumen deduktif dan iduktif.
Logika ini merupakan salah satu sarana Berpkir Ilmiah. ”Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan”. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya juga diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa: “[1] Bahasa Ilmiah, [2] Logika dan metematika, [3] Logika dan statistika. Bahasa ilmiah merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada orang lain. Logika dan matematika mempunyai peran penting dalam berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya. Sedangkan logika dan statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif untuk mencari konsep-konsep yang berlaku umum”. sarana ilmu yang berupa : bahasa, logika, matematika, dan statistika”. Sedangkan “fungsi sarana berfikir ilmiah adalah untuk membantu proses metode ilmiah, baik secara deduktif maupun secara induktif”.
Mungkin beranjak dari mengkloning domba ke mengkloning manusia hanyalah satu langkah kecil secara ilmiah, namun merupakan satu langkah besar secara etika bagi umat manusia. Disinilah revolusi genetika dimulai. Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuan manusia sebab sebelum ini biologi tidak pernah menyentuh manusia sebagai objek penelaahan itu sendiri. Hal ini bukan berarti bahwa sebelumnya tidak pernah ada penelaahan ilmiah yang berkaitan dengan jasad manusia, tentu sudah banyak sekali, namun penelaahan-penelaahan ini dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi, dan tidak membidik secara langsung manusia sebagai obyek penelaahan. Artinya, jika kita mengadakan penelaahan mengenai jantung manusia, maka hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan penyakit jantung. Atau dengan perkataan lain, upaya kita diarahkan dalam mengembangkan pengetahuan yang memungkinkan kita dapat mengetahui segenap proses yang berkaitan dengan jantung, dan di atas pengetahuan itu dikembangkan teknologi yang berupa alat yang memberi kemudahan bagi kita untuk menghadapi gangguan-gangguan jantung. Dengan penelitian genetika maka masalahnya menjadi sangat lain, kita tidak lagi menelaah organ-organ manusia dalam upaya untuk menciptakan teknologi yang memberikan kemudahan bagi kita, melainkan manusia itu sendiri sekarang menjadi objek penelaahan yang akan menghasilkan bukan lagi teknologi yang memberikan kemudahan, melainkan teknologi untuk mengubah manusia itu sendiri.
Saat ini, human genome project sudah memiliki data keseluruhan sekuens DNA manusia. Mungkin bukan hanya mengklon manusia yang sudah sangat menyalahi moral dan etika. Bahkan memilih anak berdasarkan karakteristiknya bukan lagi menjadi sesuatu yang tidak mungkin. Semua spekulasi tersebut pada akhirnya hanya ingin menyatakan bahwa dimasa depan genetika akan memberi masyarakat dan individu berbagai pilihan dan keputusan yang salah jika tanpa peraturan yang jelas dan tepat, semua akan berakhir pada kekacauan moral.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas menyatakan para ilmuwan harus berpikir lagi untuk menjadikan manusia sebagai objek penelitian genetika. Secara moral kita lakukan evaluasi etis terhadap suatu objek yang tercakup dalam objek formal (ontologis) ilmu. Menghadapi nuklir yang sudah merupakan kenyataan maka moral hanya mampu memberikan penilaian yang bersifat aksiologis, bagaimana sebaiknya kita mempergunakan tenaga nuklir untuk keluhuran martabat manusia. Menghadapa revolusi genetika yang baru di ambang pintu, kita belum terlambat menerapkan pilihan ontologis.

Daftar pustaka
Bachtiar, A. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta : Rajawali Pers.
Brookes, M. (2005). Bengkel Ilmi genetika. Jakarta : Erlangga.
Campbell, N.A. dkk. (2002). Biologi Edisi Kelima Jilid 1 . Jakarta : Erlangga.
_______ . (2003). Filsafat ilmu. Tim Dosen Filsafat Ilmu Fak. Filsafat UGM. Yogyakarta : Liberty   Yogyakarta.
Firmansyah, A. (2010). 108 Tokoh ilmuwan dan Penemu Dunia. Yogyakarta : Garasi House of Book.
Hasbi, A. (2010) . Ilmu dan Moral, Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan, Revolusi Genetika .[ Online ]
Tersedia : http://blog.unsri.ac.id/afrizalhasbi/welcome/ilmu-dan-moral-tanggung-jawab-sosial-ilmuwan-revolusi-genetika/mrdetail/16941/ [ 5 Desember 2011 ]
Rusda, M. (2004). Kloning. [Online]
Tersedia : http://library.usu.ac.id/download/fk/obstetri-rusda [ 2 Desember 2011 ]
Semiawan, C. R. Dkk. (1991). Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Bandung : Remaja Rosdakarya
Suhartono, S. (2007). Dasar-Dasar Filsafat. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Suhartono, S. (2007). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Sumarna, C. (2008). Filsafat ilmu. Bandung : Mulia Press Bandung
Surajiyo. (2009). Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
Turnbull, N. (2005). Bengkel ilmu Filsafat. Erlangga

1 komentar:

  1. JMT casino no deposit bonus code 2021 - JMHub
    JMT casino 계룡 출장마사지 no deposit bonus code 2021 대구광역 출장샵 – JMHub. 양주 출장마사지 2021-08-31 16:00:00. jmt casino 세종특별자치 출장안마 no deposit bonus code. 2021-07-11 21:57:00. casino no deposit bonus code. 2021-07-11 21:57:00. casino no deposit bonus code. 2021-05-18 부천 출장마사지 19:31:39.

    BalasHapus