Minggu, 15 Januari 2012

Kewajiban Mahasiswa dan Tanggung Jawab Ilmuwan Ditinjau dari Filsafat Sains


Oleh : Pina Rosica Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia Prodi Biologi
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Universitas di banyak belahan dunia kini tengah menerapkan universitas penelitian, yaitu universitas yang memegang gagasan “kesatuan antara pengajaran dan penelitian”. Indonesia juga ikut melaksanakan gagasan tersebut meskipun tidak sepenuhnya dijalankan. Gagasan ini memiliki manfaat yang besar, yaitu perkembangan ilmu dan teknologi berkembang sangat pesat. Tetapi, gagasan ini juga memilki tantangan etika yang cukup besar  dan dampak negatif yang harus dicegah.
Tantangan ini dialami oleh para dosen dan mahasiswa, misalnya para dosen lebih mementingkan penelitiannya dibanding mengajar mahasiswanya sehingga mahasiswa tidak mendapatkan pengajaran dengan benar. Ilmu dan teknologi yang semakin pesat juga menyebabkan manusia berpikir lebih praktis, sehingga mahasiswa lebih mementingkan hasil daripada proses dan mengesampingkan moral dan etika. Hal ini akan berdampak buruk ketika mahasiswa tersebut menjalankan profesinya sebagai ilmuwan.
Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai kewajiban mahasiswa dan tanggung jawab seorang ilmuwan ditinjau dari filsafat sains. Agar mereka tidak jauh melenceng dari tujuan ilmu.
B.  Rumusan Masalah
·           Bagaimana situasi yang sedang dihadapi oleh universitas ?
·           Kewajiban apa saja yang dimiliki mahasiswa ?
·           Tanggung jawab apa yang harus dipikul oleh seorang ilmuwan ?
C.  Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan situasi yang sedang terjadi di universitas dan mengingatkan mengenai kewajiban mahasiswa dan tanggung jawab seoarang ilmuwan ditinjau dari filsafat sains.
D.  Manfaat
Makalah ini dapat menjelaskan situasi yang sedang terjadi di universitas dan dapat mengingatkan mahasiswa dan ilmuwan akan kewajiban dan tanggung jawabnya agar tidang melenceng jauh dari tujuan luhur ilmu.
E.   Metode
Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah studi pustaka dengan menggunakan buku-buku dan jurnal yang relevan dengan rumusan masalah.

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Situasi Baru yang Dihadapi Universitas
Gagasan universitas penelitian dibentuk oleh Wilhelm von Humboldt yang berpendapat bahwa universitas harus menjadi tempat penelitian ilmiah dan kecendekiaan yang melibatkan insan-insan muda dalam penelitian serta dididik melalui penelitian. “ Kesatuan antara pengajaran dan penelitian” merupakan rumusan dari gagasan ini, yang meresapi kehidupan universitas di seluruh dunia. Gagasan ini memandu perombakan terhadap universitas-universitas yang ada dan memberikan acuan terhadap universitas-universitas yang baru saja di dirikan. Meskipun di Indonesia gagasan ini belum sepenuhnya diterapkan. Pendidikan di Indonesia lebih mengutamakan pengajaran dibanding penelitian.  Dikarenakan hasil penelitian di Indonesia kurang dihargai. Sehingga untuk mendirikan universitas penelitian yang ‘sebenarnya’ masih belum terwujud.
            Berbeda dengan beberapa universitas terkemuka di Amerika Serikat, setelah Perang Dunia Kedua penelitian lebih dihargai dibanding pengajaran, lebih-lebih pengajaran pada tingkat prasarjana. Penelitian malahan dianggap sebagai kewajiban utama. Kehausan untuk melakukan penelitian ini menular  ke lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang sebelumnya memberi perhatian utama pada pengajaran. Hal ini terjadi karena kemenangan dari penelitian ilmiah selama Perang Dunia Kedua, sehingga tersedia dana besar untuk mendukung penelitian, tingginya prestise penelitian di mata publik, dan kecendrungan untuk membuat keputusan mengenai pengangkatan dan promosi akademis berdasarkan prestasi dan kemungkinan dalam penelitian.  Selain itu pesatnya penelitian di sebuah negara dapat meningkatkan kesejahteraan bangsanya, menjadikan negara tersebut lebih diharagai oleh negara lain.
            Namun tantangan bagi etika akademis di universitas penelitian juga tidak kalah besarnya. Banyak orang yang sebenarnya lebih suka mengajar dibanding meneliti merasa harus melakukan penelitian dan banyak yang begitu saja meneliti karena terseret arus opini akademis yang kuat. Para dosen cenderung untuk lebih mementingkan penelitian dibanding pengajaran, sehingga mengurangi jam kuliahnya dan memusatkan diri pada penelitian serta bekerja dengan para mahasiswa tingkat sarjana. Contoh lain seorang yang sebenarnya dosen bermutu dan yang menganggap serius perlunya “mengikuti” publikasi-publikasi dibidangnnya, namun kurang menyukai penelitian terpaksa harus meneliti hanya supaya jabatannya diperpanjang atau dipromosikan, padahal ia kurang berminat dibidang penelitian dibandingkan pengajaran.  Konsekuensi lain dari meningkatnya perhatian terhadap penelitian ini para dosen makin berminat dan makin peduli pada penelitian, yaitu mereka  yang melakukan penelitian dimanapun mereka berada , daripada teman mereka dari universitas yang sama atau pada masalah-masalah universitas mereka sendiri.
Tantangan ini juga dapat berpengaruh pada mahasiswanya universitas yang lebih mementingkan penelitian dibanding pengajaran terkadang melupakan kewajiban mereka untuk membentuk moral yang baik pada mahasiswanya. Sehingga sekarang ini banyak hasil penelitian yang mengesampingkan etika.  Meskipun ada beberapa ilmuwan yang mengatakan bahwa para ilmuwan hanya berusaha untuk menemukan sebuah jawaban dari alam, sedangkan bagaimana hasil dari penelitian itu digunakan bukan urusan para ilmuwan tetapi akan dibahas oleh filsafat dan teologi. Apa yang dikatakkan ilmuwan tersebut tidak sepenuhnya benar ilmuwan tetap harus memikirkan akibat dari hasil penemuannya, karena ilmuwan juga mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan.  Hasil teknologi yang semakin berkembang pesat juga membuat mahasiswa lebih berpikir praktis. Sehingga lebih mementingkan hasil daripada prosesnya.
Semua tantangan yang besar ini harus dihadapi dengan bijak. Kita harus kembali kepada filsafat, dasar semua ilmu agar kita tidak mengesampingkan moral dan etika. Memahami benar kewajiban kita sebagai mahasiswa dan tanggung jawab kita nanti didalam penelitian sebagai ilmuwan.

B.  Kewajiban Mahasiswa
1.      Kewajiban Pengetahuan
Mahasiswa memiliki kewajiban pengetahuan. Pengetahuan merupakan produk dari proses berpikir. Dengan menggunakan pengetahuan, manusia menemukan dirinya dan mampu menghayati hidup dan meningkatakan kualitas hidupnya dengan menerapkan pengetahuannya (teknologi). Mahasiswa sebagai manusia yang memiliki akal dan pikiran memiliki kewajiban untuk mengungkap kebenaran sebagai hasil dari pemikirannya. Ia diwajibkan untuk mempelajari dan mengembangkan pengetahuan. Tapi mahasiswa juga harus diingatkan agar tidak mendewa-dewakan ilmu ( sebagian dari pengetahuan yang disusun secara sistemtis dan didapatkan dari metode ilmiah), yang berpedoman pada kepercayaan terhadap ilmu (scientific creed) sebagai satu-satunya sumber kebenaran adalah sebenarnya tidak memahami hakikat ilmu yang sebenarnya. Ilmu memang memberi kebenaran, tetapi kebenaran keilmuwan bukanlah satu-satunya kebenaran yang kita temukan. Masih banyak kebenaran lain dan setiap kebenaran pasti memiliki manfaat asal ditempatkan di tempat yang sesuai.
Mahasiswa juga tidak boleh sampai diperbudak oleh ilmu dan teknologi. Ilmu dan teknologi adalah instrumen bukan tujuan. Disinilah peran Filsafat Ilmu untuk mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak menjadi bumerang bagi kehidupan manusia. Sehingga diperlukan pandangan yang menyuluruh mengenai ilmu, dalam pandangan orang-orang yang bergama ilmu tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki berasal dari tuhan. Meski begitu ikatan agama juga tidak boleh terlalu kaku karena bisa menghambat perkembangan ilmu. Karena itu perlu kejelian, kecerdasan dan kebijaksanaan tentang agama dan ilmu agar tidak terjadi pertentangan.
Terkadang banyak mahasiswa yang mengesampingkan mata kuliah filsafat ilmu. Padahal filsafat merupakan ilmu paling penting. Mahasiswa yang memahami filsafat secara benar dan melaksanakannya secara utuh tidak akan melupakan tujuan luhur ilmu dalam setiap mata kuliah yang diambilnya. Ia tidak akan menjadi manusia yang dikendalikan oleh inteleknya, manusia yang tidak lagi memperhatikan segi moral dan spiritual dan hanya mementingkan kehidupan lahir saja. Tetapi manusia yang memahami tujuan luhur ilmu yang sebenarnya yaitu sebagai alat untuk menyejahterakan manusia.
2.      Kewajiban terhadap Universitas
Mahasiswa mempunyai kewajiban kepada universitas, karena universitas merupakan sumber intelektual bagi para warganya. Universitas memiliki arti penting bagi para warganya melalui stimulasi yang langsung dan terinci berupa ide baru yang diusulkan atau diketengahkan oleh dosen dan mahasiswa. Universitas juga mempunyai fungsi intelektual yang penting karena merupakan lingkungan dengan standar tinggi dalam hal usaha dan prestasi intelektual. Universitas merupakan semacam tugu peringatan yang terus-menerus mengingatkan perlunya meneliti, menelaah, mengkritik, mengkaji ulang teks-teks lama dan data-data lama, mencari data baru dan menggabungkannya dengan data lama. Universitas ialah pola yang ditopang oleh tatakrama warga akademis.
Dengan usahanya sendiri, prestasi serta sikapnya, setiap warga universitas menyumbangkan tenaga untuk memperkokoh kebersamaan intelektual, sehingga membuatnya semakin dimengerti dan disadari kehadirannya oleh para mahasiswa dan dosen, sekarang maupun pada masa yang akan datang. Disamping untuk memperkokoh universitas, ada kebutuhan lain untuk membuat agar universitas menimbulkan kebanggan sesuai dengan yang diidam-idamkan oleh warganya. Kebanggan ini dapat muncul dari prestise yang tinggi terhadap universitas oleh masyarakat terhadap prestasi-prestasi yang diraihnya. Untuk memberikan pandangan ini mahasiswa memilki kewajiban untuk menyumbangkan prestasinya di bidang ilmu yang mereka geluti. Tetapi prestasi itu tidak hanya pada penerbitan karya-karya ilmiah dan penghargaan, sikap hormat terhadap kewajiban-kewajiban etika akademis juga termasuk didalamnya. Hal ini sangat selaras dengan kepedulian serta sikap tanggap terhadap tuntutan dan standar masyarakat ilmiah di bidangnya. Nama baik suatu universitas akan memupuk rasa kebanggan dalam universitas itu, inilah alasan mengapa mahasiswa mempunyai kewajiban untuk tidak melakukan hal-hal yang akan merusak nama baik universitasnya di khalayak ramai dan kalangan akademis.
3.      Kewajiban Penelitian
Penelitian yang harus dikerjakan oleh seorang mahasiswa ialah penelitian yang secara intelektual  diminatinya, karena bila tidak begitu penelitian itu sangat kecil kemungkinannya untuk sampai pada kesimpulan yang berarti. Mahasiswa tidak diharapkan ikut-ikutan mengikuti arus yang tengah berkembang, misalnya di bidang biologi yaitu genetika molekular atau biomedis. Harus dipikirkan ketepatan tindakannya karena hal itu akan menjadi bidang yang ia geluti setiap hari. Meskipun penelitian merupakan tugas akhir agar seoarang mahasiswa lulus sarjana. Mahasiswa sebenarnya harus memahami tujuan yang lebih mulia dari penelitiannya. Ia harus menimbang-nimbang apakah penelitiannya akan menghasilkan sesuatu yang penting secara intektual, entah karena penilitian itu memunculkan persoalan-persoalan bagi teori yang dianggap benar pada saat itu, atau mendukung teori yang hingga saat itu  belum dikukuhkan, ataupun karena penelitian itu merintis jalan ke arah teori baru. Motivasi dan harapan ini, bagaimanapun, sangat sesuai dengan keinginan agar hasi-hasil penelitian mempunyai nilai praktis yang akan bermanfaat bagi masyarakat. Namun perkembangan teknologi yang menyediakan hal-hal instan mengakibatkan sedikit dampak negatif. Beberapa mahasiswa ada yang menyerahkan tanggung jawab penelitiannya kepada orang lain. Karena sudah tidak mementingkan moral dan etika. Hal inilah yang harus dihindari mahasiswa sudah seharusnya berfilsafat, yaitu seseorang yang mencintai kebijaksanaan, melaksanakan sesuatu dengan bijaksana dan tidak mengesampingkan etika dan moral
4.      Kewajiban terhadap Masyarakat
Mahasiswa yang merupakan agen universitas berkewajiban untuk menjalankan fungsi-fungsi penting bagi masyarakat. Mahasiswa yang berhasil mendapat pengajaran tentang substansi, prinsip-prinsip dan metode-metode dalam suatu bidang tertentu, akan meningkat dalam hal kualitas mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat. Perbedaan antara mahasiswa dengan siswa mungkin dapat dilihat dari perannya terhadap masyarakat. Mahasiswa dipersiapkan untuk turun langsung pada masyarakat.Mereka akan menjadi agen of change yang dapat merubah kehidupan masyarakat. Seorang mahasiswa tidak seharusnya hanya mentingkan urusan akademik dengan mengesampingkan perannya untuk masyarakat.
Beberapa kewajiban yang dapat dilakukan mahasiswa untuk masyarakat diantaranya yaitu, mahasiswa dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai masalah yang sedang terjadi di masyarakat sesuai dengan bidangnya , memberikan solusi nyata bagi masayarakat akan permasalahnnya, mengadakan penelitian untuk memberikan solusinya, dan mengadakan pengajaran mengenai penemuan baru yang bernilai praktis. Mahasiswa berkewajiban untuk mengubah paradigma yang salah pada masyarakat. Misalnya mitos-mitos yang berkembang di masyarakat. Mitos merupakan tahapan pertama oleh manusia untuk mencari penjelasan mengenai gejala alam. Namun hal itu kini tidak lagi digunakan, mahasiswa harus bisa mencari kebenaran dari gejala tersebut melalui metode ilmiah dan berkewajiban menjelaskannya kepada msayarakat.

C.  Tanggung Jawab Ilmuwan
Mahasiswa yang mengambil bidang sains dipersiapkan untuk menjadi seorang ilmuwan. Itulah kenapa beberapa universitas mewajibkan filsafat sains sebagai mata kuliah wajib untuk maahsiswa di bidang sains. Filsafat sains merupakan cabang filsafat yang merefleksi mengenai hakikat ilmu pengetahuan. Tujuannya mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana pengetahuan ilmiah itu diperoleh. Ilmuwan sebagai manusia yang diberi kemampuan merenung dan pikirannya untuk bernalar, kemampuan berpikir dan bernalar itu pula yang membuat kita sebagai manusia menemukan pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu kemudian digunakan untuk mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dari lingkungan alam yang tersedia disekitar kita. Oleh karena itu tanggung jawab ilmuwan tanggung jawab imuwan terhadap masa depan kehidupan manusia dintaranya.
1.        Tanggung Jawab Profesional
Tanggung jawab profesional terhadap dirinya, ilmuwan lain, dan masyarakat, yaitu menjamin kebenaran ilmiah yang dibuatnya secara formal. Agar semua pernyataan ilmiahnya selalu benar dan memberiakan tanggapan apabila ada pernyataan dari ilmuwan lain yang tidak benar. Seorang ilmuwan tidak boleh memutarbalikan penemuannya bila hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang disusun di atas kerangka pemikiran yang terpengaruh preferensi moral hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian.
 Kebenaran ilmiah didapat melalui metode ilmiah. Metode ialah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau suatu kerangka berpikir menyusun gagasan, yang beraturan. Metode dilakuakan dengan menggunakan penalaran.
Penalaran menggunakan dua dasar yaitu, mantik (logic) dan fikiran sehat (common sense). Mantik ialah kajian atas tatacara dan asas yang digunakan untuk membedakan penalaran yang baik (benar) dengan yang buruk (tidak benar). Mantik digunakan apakah permasalahan itu masuk akal, yaitu patut diuji kebenarannya. Fikiran sehat ialah fikiran praktis yang baik yang diperoleh dari pengalaman hidup. Ada dua penalaran yang digunakan, yaitu deduksi dan induksi. Deduksi berpangkal pada suatu pendapat umum berupa hukum, teori atau kaedah dalam menyusun suatu penjelasan tentang suatu kejadian khusus. Induksi berpangkal pada sejumlah fakta untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaidah yang berlaku umum.
Dengan menggabungkan deduksi dan induksi sebagai suatu kesatuan penalaran, akan diperoleh hasil yang lebih bermaslahat bagi pengembangan ilmu. Deduksi mengarak ke rasionalisme yang menerapkan rasional secara tegas terlepas dari pengalaman, berdasarkan pernyataan pasti akan kebenaran yang dipercayai berupa hukum, teori, atau kaedah umum. Induksi mengarah ke empirisme yang mengunggulkan pengalaman dan pengamatan sebagai dasar pernyataan. Rasionalisme dapat menimbulkan kontroversi karena hakekat kebenaran tidak sama bagi semua orang. Empirisme bersifat subyektif karena memberikan arti kepada peristiwa menurut tafsiran atau pendapat pengamat.
Metode ilmiah menggabungkan rasionalisme dan empirisme. Dengan rasionalisme diperoleh landasan, pemikiran terpadu dan mantik, dan dengan empirisme diperoleh kerangka pengujian dalam memastikan kebenaran. Sehingga metode ilmiah merupakan metode yang tepat untuk digunakan ilmukan dalam menemukan kebenaran (penelitian).  Langkah-langkah metode ilmiah yaitu :
a.       Merumuskan masalah
b.      Mengumpulkan data
c.       Merumuskan hipotesis
d.      Menguji hipotesis (mengadakan eksperimen)
e.       Penarikan Kesimpulan          Hipotesis diterima/ Hipotesis ditolak.
Kebenaran ilmiah yang dihasilkan dari pemikiran dan pengamatan soerang ilmuwan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh umat manusia. Hal itu berarti perlunya kode etik ilmuwan. Mau tidak mau kode etik tersebut harus dikaitkan dengan ‘dosa’. Setiap kali seoarang ilmuwan akan mengadakan penelitian, ia harus sadar akan kedudukannya sebagai manusia di bumi ini.  Sehingga tidak akan terjadi penipuan kebenaran.
Meskipun dalam sains kebenaran bukanlah sesuatu yang mutlak karena masih dapat dirubah melalui mekanisme revolusi sains, menurut Kuhn suatu paradigma yang telah dianggap benar pada saat itu dapat berubah ke paradigma lain melalui beberapa tahapan yaitu, ada sebuah paradigma yang kemudian mengalami anomali, kemudian terjadi krisis, yaitu saat paradigma baru dan paradigma lama sama kuat yang akan menyebabkan revolusi, yaitu keadaan mulai tidak seimbang dan paradigma baru lebih banyak dianut, akhirnya terjadilah perubahan paradigma dan semua ilmuwan wajib mengikutinya.
2.    Tanggung Jawab Sosial
Tanggung jawab sosial yaitu tanggung jawab ilmuwan terhadap masyarakat yang menyangkut asas moral dan etika. Moral merupakan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih-lebih lagi untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral. Moral berkaitan dengan metafisika keilmuan maka masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah. (Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, 1990, hal. 234 - 235).
Jelaslah kiranya seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial yang terpikul dibahunya karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak hanya pada penelahaan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain. Seorang ilmuwan tidak boleh menyembunyikan hasil penemuan-penemuan apapun juga bentuknya dari masyarakat luas serta apa pun juga yang akan menjadi konsekuensinya. (Bernard Baber, dalam Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, 1990, hal. 249).
Meski dalam kenyataannya ilmu digunakan untuk tujuan-tujuan yang destruktif. Seperti pada Perang Dunia I yang terkenal dengan perang kuman dan Perang Dunia II yang terkenal dengan bom atom. Hal ini telah membuktikan bahwa ada ilmuwan yang tidak melaksanakan kewajibannya dengan mengesampingkan moral dan etika. Sehingga ilmuwan harus kembali kepada kode etik ilmuwan yang berhubungan dengan agama. Demi pertanggung jawaban ilmuwan terhadap masa depan umat manusia.
Ilmuwan juga harus mengkomunikasikan hasil penemuannya pada masyarakat. Hasil penemuannya dapat disajikan secara lisan (seminar, simposium, dsb) atau secara tertulis (laporan, makalah dalam jurnal). Bahasa menjadi sarana berpikir ilmiah dalam menghubungkan gagasan dan fikiran, disamping matematika, statistika  dan logika. Maka kemahiran berbahasa dan kemahiran menggunakan ungkapan matematika menjadi prasyarat yang mutlak untuk menjadi seoarang ilmuwan. Tanpa kemahiran itu seorang ilmuwan akan mengalami banyak kesulitan, disamping tidak akan berguna sebagai rekan penelitian, hanya mempunyai satu sumber yang dapat digalinya, yaitu dirinya sendiri, tidak pandai memanfaatkan sumber-sumber lain, tidak dapat menkomunikasikan hasil penelitiannya, tidak mempunyai jalur pengujian pendapat, dan kehilangan perannya sebagai sumber keterangan bagi ilmuwan-ilmuwan lain.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Universitas Penelitian kini sedang berkembang, namun perkembangannya memiliki tantangan yang harus disikapi dengan bijaksana ditinjau dari filsafat sains. Beberapa tantangan yang dihadapi, yaitu :
·           Tantangan bagi para dosen yang sebenarnya lebih menyukai mengajar dibanding meneliti harus terpaksa melakukan penelitian karena dorongan publik yang kuat. Sedangkan untuk dosen yang lebih menyukai meneliti di banding mengajar melupakan peran utamanya dan lebih sering meninggalkan mahasiswanya karena penelitian, mengesampingkan permasalahan universitasnya dan tidak memperdulikan rekan dosennya.
·           Tantangan bagi para mahasiswa adalah karena universitas penelitian yang menyebabkan ilmu dan teknologi berkembang pesat menyebabkan mahasiswa berpikir instan dan lebih mementingkan hasil dibandingkan proses
·           Tantangan bagi para ilmuwan adalah penelitian yang mengesampingkan moral dan etika karena lebih memntingkan hasil sehingga akan berdampak negatif pada masyarakat
Sehingga mahasiswa diingatkan akan kewajibannya, yaitu :
·           Kewajiban Pengetahuan, yaitu kewajiban mahasiswa untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
·           Kewajiban terhadap Universitas, yaitu kewajiban mahasiswa untuk memberikan prestasinya terhadap universitas dan menjaga nama baik universitasnya.
·           Kewajiban Penelitian, yaitu kewajiban mahasiswa untuk  membuat sebuah penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat tanpa mengesampingkan moral dan etika.
·           Kewajiban terhadap Masyarakat, yaitu mahasiswa berkewajiban untuk memberikan pengajaran terhadap masyarakat dan memperbaiki kesalahan pandangan yang telah berkembang di masyarakat.
Kemudian ketika seorang mahasiswa menjalani profesinya sebagai ilmuwan, Ia harus diberitahu tanggungjawabnya sebagai ilmuwan, yaitu :
·           Tanggung Jawab Profesional, yaitu kebenaran dan keteranadalan informasi-informasi foramal yang disampaikannya terhadap dirinya sendiri, rekan ilmuwannya, dan masyarakat.
·           Tanggung Jawab Sosial, yaitu tanggung jawabnya terhadap masyarakat yang menyangkut asas moral dan etika.
B.  Saran
Mengahadapi tantangan dari perkembangan ilmu dan teknologi ini, mahasiswa harus semakin bijaksana. Memahami dan menghayati apa yang telah didapatnya dari filsafat sains dalam mata kuliah umum. Dapat menerapkannya terhadap mata kuliah lain dan di bidang profesinya nanti. Agar mahasiswa tersebut tidak mengesampingkan moral dan etika. Bukan menjadi mahasiswa yang hanya melihat hasil, tapi juga proses yang ia jalankan untuk mendapatkan hasil tersebut. Memahami secara penuh apa tujuan ilmu sebenarnya yaitu untuk menyejahterakan manusia bukan malah menjadi perusak bahkan menciptakan perang.
Dengan akal dan pikirannya untuk bernalar manusia harus semakin bisa memilih mana yang baik (benar) dan yang salah (tidak benar). Menciptakan pengetahuan yang akan berdampak baik untuk masyarakat melalui penalarannya. Ketika ia telah menjalani profesinya nanti sebagai ilmuwan ia harus bisa mempertanggung jawabkan penemuannya.  Hal itu berarti berhubungan dengan kode etik ilmuwan. Mau tidak mau kode etik tersebut harus dikaitkan dengan sistem ‘dosa’. Setiap kali seorang ilmuwan akan mengadakan penelitian, ia harus sadar akan kedudukannya sebagai manusia di bumi ini. Artinya ia harus sadar bahwa ilmu pengetahuan yang dimilikinya hanya sebagian kecil saja dari Al-Ilmi-nya Allah SWT adan ia hanyalah pesuruh-Nya di muka bumi ini (Al-Baqarah : 30-34). Demi pertanggung jawaban ilmuwan terhadap masa depan umat manusia. Diharapkan semua dampak negatif sains dan teknologi terus ditangani secara bersama-sama, bukan saja oleh masyarak ilmuwan dunia, melainkan juga oleh pemerintah suatu negara, berlandaskan suatu pandangan bahwa manusia di bumi ini mempunyai tugas untuk mengelolanya sebaik-baiknya.




Daftar Pustaka

______. ().Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap Masa Depan Kehidupan Manusia.[Online]
Medawar, P.B . (1990). Nasihat Untuk Ilmuwan Muda. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. (2006). Metode Penelitian danPenulisan Ilmiah1 .[Online]
Shils, Edward. (1993). Etika Akademis. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.